Jumat, 11 Agustus 2017

Aksi Anti Ahok Berujung Bentrok

 Usai salat Jumat, 3 Oktober 2014, ratusan anggota Front Pembela Islam konvoi ke gedung DPRD DKI Jakarta. Mereka menunggang sepeda motor dan mobil. Ada juga yang jalan kaki.

Membawa berbagai spanduk dan bendera. Semua bertuliskan, menolak Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok jadi Gubernur Ibu Kota. Meski sejak Kamis kemarin, hingga Minggu 5 Oktober 2014, Ahok tidak berada di Tanah Air. [Baca Ke Korea, Ahok Akan Sambangi Rumah Sakit Kanker]

Pukul 13.45 WIB, aksi dimulai. Mengenakan baju serba putih, ratusan anggota FPI membuat barisan. Berhadapan dengan pintu gerbang gedung anggota dewan. 

Mereka semangat dalam aksi itu. Ditambah orasi sang orator dari atas mobil bak terbuka, semakin membakar semangat. 

"Tolak, tolak, tolak si Ahok. Tolak di Ahok sekarang juga!" begitu teriak sang orator, yang diikuti peserta unjuk rasa.

Aksi itu mendapat pengawalan dari Kepolisian. Sebanyak 300 anggota polisi dari Brimob Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Pusat, menjaga jalannya unjuk rasa.

Tapi, aksi damai itu tak berlangsung lama. Berselang beberapa menit, aksi mereka berubah anarki. Diduga, aksi anarki mereka dipicu orasi dari sang orator kedua, Habib Shahab Anggawi. 

"Bagi Ahok tidak ada kompromi, cepat atau lambat pasti mati, bunuh Ahok. Jangan takut, saya tanggung jawab dunia akhirat," teriak Ketua DPD FPI DKI Jakarta itu.

Pengunjuk rasa pun semakin membara. "Massa yang di depan, mendekat dua langkah ke gedung DPRD !" teriak Habib Shahab. 

Pelan tapi pasti, mereka makin dekat dengan aparat yang telah bersiaga membentuk pagar betis. Sembari berteriak lantang menolak pelantikan Ahok, mereka terus mendorong, hingga mendekati pagar pintu masuk gedung DPRD. 

Aksi ini memancing aparat, hingga akhirnya terjadi saling dorong. Lemparan batu pun tak bisa dihindari. Pengunjuk rasa melempar batu, kayu, bambu, bahkan kotoran hewan ke arah petugas. [Baca Kapolda: Tindakan Anarki FPI Sudah Terencana]

Barisan polisi yang berada di luar kewalahan, masuk ke dalam gedung DPRD. Pasukan polisi di dalam gedung lengkap dengan tameng berusaha mendorong. 
Gas air mata ditembakkan ke kerumunan massa. 

Aksi mereka semakin beringas. Meski mundur, pengunjuk rasa terus melempar batu, kayu, bambu, ke arah petugas. [Tonton aksi anarki FPI di video ini]

Para pengunjuk rasa pun mundur ke arah Tugu Tani. Rupanya, mereka menuju gedung Balai Kota melalui Jalan Medan Merdeka Selatan. Tapi polisi sudah siap menghadang mereka di depan Kedubes AS.

Di sinilah kembali aksi saling lempar. Tak ada toleransi lagi, kali ini polisi anti huru hara benar-benar memaksa pengunjuk rasa yang beringas itu mundur. Mobil water canon dikerahkan. Ratusan anggota FPI kocar kacir menuju Gambir. Mereka lari berhamburan.

Sebanyak 20 anggota FPI ditangkap. Mereka ditahan di Mapolda Metro Jaya untuk diperiksa. Belasan polisi mengalami luka-luka akibat lemparan benda keras. [Baca Berikut Para Polisi Korban Amukan FPI]

"Ada juga satu orang anggota kami, yaitu Brigadir Wanda Brianzbata mengalami luka pada tangan kanan dan kiri akibat sabetan senjata tajam," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Rikwanto.

Selain itu, ada tujuh mobil yang diparkir di halaman Gedung DPRD DKI Jakarta menjadi korban pelemparan massa anggota FPI dan mengalami kerusakan di bagian kaca depan. Salah satunya adalah milik anggota dewan. [Baca Mobil Dirusak, Anggota DPRD DKI Ini Minta Habib Selon Dipenjara]

Menolak Ahok
Tuntutan agar Ahok tidak dilantik jadi Gubernur pada 20 Oktober 2014 nanti, bukan hanya disuarakan FPI. Belasan ormas lain juga menyatakan penolakannya terhadap pelantikan Ahok sebagai Gubernur.

Di antaranya, Forum Betawi Rempug (FBR), Forum Betawi Bersatu (FBB), Forkabi, Forum Pemuda Betawi, Gerakan Pemuda Kabah, Front Hizbullah, Gerakan Pemuda Keadilan. 

Penolakan terhadap Ahok ini disebabkan berbagai hal. Selain faktor agama, gaya kepemimpinan Ahok selama ini dinilai menjadi pemicu . [Baca Ini 10 Pernyataan Kontroversial Ahok]

Terakhir, Ahok mengeluarkan peraturan tidak boleh berjualan hewan kurban di trotoar. Kebijakan ini merupakan Instruksi Gubernur nomor 67 tahun 2014 tentang pengendalian penampungan dan pemotongan hewan pada hari raya.

Namun Ahok melawan. Dia meyakini, aksi penolakannya menjadi Gubernur DKI karena ada kepentingan politik. 

"Kita lihat ya, ada keuntungan politis. Jadi, keuntungan dagang saja dipolitisasi seperti hewan kurban," kata Ahok di Balai Kota, Jakarta, Kamis 25 September 2014.

Ahok menuding, hal tersebut ditentang karena banyak yang biasa menyewakan lapak jualan hewan kurban tidak lagi menerima jatah dari para penjual hewan kurban.

"Nah, yang ribut siapa? orang yang biasa nyewain lapak buat jualan di trotoar, rezekinya hilang kalau kita sediakan tempat. Kalau penjual hewan tidak masalah, cuma yang nyewain lapak saja, preman yang nyewain di pinggir jalan," tutur Ahok. [Baca Ahok: Penolak Saya Itu Preman Penguasa Lapak Penjual Kurban]

Ahok membalas aksi Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham Lunggana alias Haji Lulung yang ikut menolak pelantikannya menjadi Gubernur.

Saat berorasi bersama FPI, Haji Lulung mengatakan perselisihannya dengan Ahok bukan merupakan hanya head to head saja.

Ketika itu Lulung mengklaim mendapat dukungan FPI untuk menjatuhkan Ahok dari jabatannya. Selain itu, dia menyebutkan bahwa selain menjadi musuhnya, Ahok juga merupakan musuh warga Jakarta. [Baca Haji Lulung Siap Galang Dukungan Hak Interpelasi DPRD ke Ahok]

Ahok mengatakan, meski Haji Lulung mempunyai banyak massa dan banyak didukung oleh orang-orang Betawi, terutama di kawasan Tanah Abang, tetapi politikus PPP itu tidak bisa melawan kehendak Tuhan.

"Pulung kalau di agama itu kan kun fayakun. Bagaimana mau lawan kehendak Tuhan? Aku kan ketiban pulung," kata Ahok. [Baca selengkapnya Ahok: Haji Lulung Tak Bisa Lawan Pulung]

Ahok didukung Joko Widodo. Presiden terpilih itu menampik klaim FPI dan ormas lain yang menyebutkan bahwa semua kalangan masyarakat di ibu kota menolak rencana pelantikan Ahok sebagai Gubernur.

"Ya, itu ada berapa orang yang menolak (Ahok menjadi Gubernur)? Bandingkan dengan seluruh penduduk di Jakarta. Tanyain dulu ke semuanya," kata Jokowi, Kamis 25 September 2014.

0 komentar:

Posting Komentar