Kamis, 10 Agustus 2017

Nelangsa Siswa SD di Maluku, Guru Menulis di Lantai Ubin 

 Beberapa siswa di sekolah basic ini terlihat belajar seperti lazimnya di sekolah--duduk di bangku serta di depannya meja, sesaat seseorang guru mengajar di seberang mereka. Tidak ada atap yang jebol hingga bocor saat hujan. 

Hanya cara belajar serta mengajar mereka yang berlainan. Sang guru mengajar serta, bila membutuhkan menulis untuk menjelaskan, dia juga akan mengerjakannya di lantai ubin. Bila sang guru menguji beberapa siswa dengan memohon mereka kerjakan bebrapa masalah simpel, si murid juga akan menuliskan jawabannya di lantai itu juga. 



Nelangsa Siswa SD di Maluku, Guru Menulis di Lantai 

Beberapa siswa serta guru di SD Piliana Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku, melakukan aktivitas belajar-mengajar tanpa ada papan catat hingga sangat terpaksa menulis di lantai ubin. (VIVA. co. id/Angkotasan) 

Tidak ada papan catat. Ubin juga jadi. Demikianlah kemauan beberapa guru serta siswa di Sekolah Basic Piliana Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku. Sekolah mereka sebenarnya mempunyai papan catat di masing-masing kelasnya namun rusak lebih satu tahun kemarin. Tidak ada biaya untuk beli papan catat baru. 

" Anak-anak tetaplah mesti belajar, apa pun langkahnya, " kata Mince Istiya, guru kelas IV, waktu didapati saat dia mengajar mata pelajaran matematika pada Kamis, 10 Agustus 2017. " Gunakan ubin juga, " tuturnya menyatakan, " saya mesti tetaplah berupaya untuk buat anak-anak tahu dengan mata pelajaran. " 

Nelangsa beberapa siswa serta guru di sekolah itu berawal saat pada 2013 desa mereka terima pertolongan Program Nasional Pemberdayaan Orang-orang (PNPM). Bangunan lama sekolah termasuk juga yang diperbaiki dengan dana PNPM itu--tiga kelas dibuat dengan papan, lantainya ubin serta beratap seng, komplit dengan meja serta kursi. 

Masing-masing kelas diperlengkapi papan tripleks berwarna putih jadi pengganti papan catat lama berwarna hitam dengan batang-batang kapur untuk alat tulisnya. 

Kesibukan belajar beberapa siswa yang sejumlah 96 anak juga dipindahkan ke ruang baru. Sayang tripleks pertolongan PNPM berusia pendek ; papan itu rusak serta tak akan layak digunakan. 

" Bertahun-tahun jubin di ruangan ini kami untuk jadikan akar untuk fasilitas menjelaskan mata pelajaran yang kami ajarkan--yang perlu untuk anak-anak, " kata Mince. 

SD Piliana memanglah bukan sekolah punya pemerintah, tetapi swasta yang dibuat pada 1934. Sekolah itu dibangun beberapa leluhur Desa Piliana mulai sejak jaman penjajahan. Usianya telah setua beberapa alumnusnya dari generasi pertama, bahkan juga lebih tua dari usia Republik Indonesia. 

Yayha Juiceuf Tamala, bekas kepala sekolah SD Piliana, bahkan juga tidak ketahui tentu histori sekolah itu karena sangat tuanya. Konon, menurut pembicaraan turun-temurun, sekolah itu awalannya dibuat untuk program pendidikan gereja di jaman penjajahan. Saat ini sekolah itu dibawah naungan Yayasan Pembinaan Pendidikan Kristen Dr JB Sitanala. (ase)Nelangsa Siswa SD di Maluku, Guru Menulis di Lantai Ubin 

Tim VIVA » 
BERITA NASIONAL 
Kamis, 10 Agustus 2017 | 11 : 23 WIB 
Nelangsa Siswa SD di Maluku, Guru Menulis di Lantai UbinPhoto : 
VIVA. co. id/Angkotasan 
Beberapa siswa serta guru di SD Piliana Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku, melakukan aktivitas belajar-mengajar tanpa ada papan catat hingga sangat terpaksa menulis di lantai ubin. 
SHARE 

VIVA. co. id - Beberapa siswa di sekolah basic ini terlihat belajar seperti lazimnya di sekolah--duduk di bangku serta di depannya meja, sesaat seseorang guru mengajar di seberang mereka. Tidak ada atap yang jebol hingga bocor saat hujan. 

Hanya cara belajar serta mengajar mereka yang berlainan. Sang guru mengajar serta, bila membutuhkan menulis untuk menjelaskan, dia juga akan mengerjakannya di lantai ubin. Bila sang guru menguji beberapa siswa dengan memohon mereka kerjakan bebrapa masalah simpel, si murid juga akan menuliskan jawabannya di lantai itu juga. 



Nelangsa Siswa SD di Maluku, Guru Menulis di Lantai 

Beberapa siswa serta guru di SD Piliana Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku, melakukan aktivitas belajar-mengajar tanpa ada papan catat hingga sangat terpaksa menulis di lantai ubin. (VIVA. co. id/Angkotasan) 

Tidak ada papan catat. Ubin juga jadi. Demikianlah kemauan beberapa guru serta siswa di Sekolah Basic Piliana Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku. Sekolah mereka sebenarnya mempunyai papan catat di masing-masing kelasnya namun rusak lebih satu tahun kemarin. Tidak ada biaya untuk beli papan catat baru. 

" Anak-anak tetaplah mesti belajar, apa pun langkahnya, " kata Mince Istiya, guru kelas IV, waktu didapati saat dia mengajar mata pelajaran matematika pada Kamis, 10 Agustus 2017. " Gunakan ubin juga, " tuturnya menyatakan, " saya mesti tetaplah berupaya untuk buat anak-anak tahu dengan mata pelajaran. " 

Nelangsa beberapa siswa serta guru di sekolah itu berawal saat pada 2013 desa mereka terima pertolongan Program Nasional Pemberdayaan Orang-orang (PNPM). Bangunan lama sekolah termasuk juga yang diperbaiki dengan dana PNPM itu--tiga kelas dibuat dengan papan, lantainya ubin serta beratap seng, komplit dengan meja serta kursi. 

Masing-masing kelas diperlengkapi papan tripleks berwarna putih jadi pengganti papan catat lama berwarna hitam dengan batang-batang kapur untuk alat tulisnya. 

Kesibukan belajar beberapa siswa yang sejumlah 96 anak juga dipindahkan ke ruang baru. Sayang tripleks pertolongan PNPM berusia pendek ; papan itu rusak serta tak akan layak digunakan. 

" Bertahun-tahun jubin di ruangan ini kami untuk jadikan akar untuk fasilitas menjelaskan mata pelajaran yang kami ajarkan--yang perlu untuk anak-anak, " kata Mince. 

SD Piliana memanglah bukan sekolah punya pemerintah, tetapi swasta yang dibuat pada 1934. Sekolah itu dibangun beberapa leluhur Desa Piliana mulai sejak jaman penjajahan. Usianya telah setua beberapa alumnusnya dari generasi pertama, bahkan juga lebih tua dari usia Republik Indonesia. 

Yayha Juiceuf Tamala, bekas kepala sekolah SD Piliana, bahkan juga tidak ketahui tentu histori sekolah itu karena sangat tuanya. Konon, menurut pembicaraan turun-temurun, sekolah itu awalannya dibuat untuk program pendidikan gereja di jaman penjajahan. Saat ini sekolah itu dibawah naungan Yayasan Pembinaan Pendidikan Kristen Dr JB Sitanala. (ase)

0 komentar:

Posting Komentar