Rabu, 31 Desember 2008

KREATIVITAS DALAM SENI FOTOGRAFI

KREATIVITAS DALAM SENI FOTOGRAFI
Yekti Herlina
Dosen Jurusan Seni Rupa
NIRMANA Vol. 5, No. 2, Juli 2003: 214 -228
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta
dan
Dosen Desain Komunikasi Visual
Fakultas Seni dan Desain - Universitas Kristen Petra
ABSTRAK
Seni fotografi adalah perpaduan antara teknologi dan seni. Berbagai nilai estetika yang
tidak tercakup dalam teknologi fotografi harus diselaraskan dengan proses teknis untuk
memberikan karakter dan keindahan pada hasil visualnya. Seni fotografi bukan sekedar
merupakan rekaman apa adanya dari dunia nyata, tapi menjadi karya seni yang kompleks dan
media gambar yang juga memberi makna dan pesan.
Kata kunci: seni, fotografi, kreativitas.
ABSTRACT
The art of photography is combination between technology and art. Esthetic values which
not coveret in photography technology must be harmonized with technical process to give
character and beauty at its visual result. The art of photography is not only simple record from the
real world, but become the complex creation of art and the image medium that also give meaning
and message.
Keywords: art, photography, creativity.
PENDAHULUAN
Sejalan dengan perkembangan zaman dan teknologi, fotografi telah menyebar ke
segala penjuru dunia dan merambah beragam bidang kehidupan. Kini, hampir dapat
dipastikan berbagai sisi kehidupan manusia menjadikan fotografi sebagai alat dan sarana
untuk memenuhi kebutuhannya.
Foto selalu menarik untuk dilihat atau diamati. Selain lebih mudah diingat
dibandingkan tulisan, sebuah foto mempunyai nilai dokumentasi yang tinggi karena
mampu merekam sesuatu yang tidak mungkin terulang kembali, apakah itu tentang cerita
pribadi, keluarga, keindahan alam, atau peristiwa seni budaya. Melalui foto juga, orang
________________________________________
KREATIFITAS DALAM SENI FOTOGRAFI (Yekti Herlina)
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
bisa terpikat pada suatu objek berita, produk olahraga, makanan, minuman, sampai hasil
industri. Oleh karena itu lahirlah ungkapan foto mampu berbicara lebih dari seribu kata.
Menikmati hasil foto yang baik (menarik) memang mengasyikkan, akan tetapi
untuk menghasilkannya memerlukan perencanaannya dan konsep yang baik. Setiap orang
dapat menjepretkan kamera dan merekam objek untuk difoto, tatapi tidak jarang foto
yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sangat disayangkan apabila sebuah
momen, khususnya yang jarang terjadi, difoto seadanya tanpa memperhitungkan segi
teknis dan nilai artistik.
Memang tidak dapat disangkal bahwa peralatan-peralatan dengan presisi dan
kualitas yang baik sangat dibutuhkan, tatapi kreativitas hasil latihan dan pengembangan
diri pribadi merupakan salah satu kunci keberhasilan untuk menghasilkan karya-karya
foto yang bernilai.
SEJARAH FOTOGRAFI
Sejarah fotografi tidak lepas dari penemuan kamera dan film. Dengan penemuan
film, gambar dapat diproduksi, dan proses pencahayaan film tersebut terjadi di dalam
kamera.
Fotografi berasal dari istilah Yunani : phos yang berarti cahaya dan graphein yang
berarti menggambar 1 . Istilah tersebut pertama kali oleh Sir John Herschel pada tahun
1839. Jadi arti kata fotografi adalah menggambar dengan cahaya. Prinsip kerja yang
paling mendasar dari fotografi sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Pada waktu
itu telah diketahui bahwa apabila seberkas cahaya menerobos masuk melalui lubang kecil
ke dalam sebuah ruangan yang gelap, maka pada dinding di hadapannya akan terlihat
bayangan dari apa yang ada dimuka lobang. Hanya saja bayangn yang terlihat dalam
keadaan terbalik. Ruangan seperti inilah yang disebut sebagai camera obscura ( camera :
kamar, obscura : gelap)2 . Dari sinilah lahir istilah Camera. Prinsip ini telah digunakan
oleh ilmuwan Arab Ibnu al Haisan sejak abad ke-10. Lalu pada abad ke-15 Leonardo da
Vinci, mencoba menguraikan kerja kamar gelap ini dengan lebih terperinci.
1 The New Grolier Multimedia Encyclopedia, 1993, Grolier Incorporated.
2 Surisman Marah , Diktat Kuliah; Mengenal Kamera Fotografi, 1985, Fakultas Seni Rupa dan Disain, ISI Yogyakarta.
Perkembangan selanjutnya kamera obscura ini menjadi alat bantu untuk membuat gambar
bagi para seniman di Eropa.
Penemuan teknik fotografi dalam satu hal telah mengurangi daerah gerak seni
lukis, karena fotografi yang dengan cepat dan tepat mampu merekam objek itu
menggantikan sebagian fungsi seni lukis yaitu fungsi dokumentasi dan fungsi penyajian
presentasi realistik bagi objek-objeknya.3
Pada mulanya kamera ini tidak begitu diminati, karena cahaya yang masuk amat
sedikit, sehingga bayangan yang terbentuk pun samar-samar. Pengguna-annya terutama
masih untuk menggambar benda-benda yang ada di depan kamera. Penggunaan kamera
ini baru populer setelah ditemukannya lensa pada tahun 1550. Dengan lensa pada kamera
ini, maka cahaya yang masuk ke kamera dapat diperbanyak, dan gambar dapat
dipusatkan, sehingga menggambar menjadi lebih sempurna. Tahun 1575 kamera portable
yang pertama baru dibuat, dan penemuan kamera ini untuk menggambar makin praktis.
Baru tahun 1680 lahir kamera refleks pertama, namun penggunaannya masih untuk
meng- gambar, karena bahan baku untuk mengabadikan benda-benda yang berada di
depan lensa selain dengan menggambar masih belum ditemukan. Jadi pada zaman
tersebut kamera masih dipakai untuk mempermudah dalam menggambar. Dimana hasil
dari kamera tersebut masi belum dapat direproduksi, karena belum ditemukannya film
negatif.
Sejarah penemuan film dimulai ketika orang berusaha untuk dapat mengabadikan
benda yang berada di depan kamera, sudah mulai berkembang sejak abad ke-19, dengan
adanya penemuan penting oleh Joseph Niepce, seorang veteran Perancis. Ia
bereksperimen dengan menggunakan Aspal Bitumen Judea. Dengan pencahayaan 8 jam,
ia berhasil mengabadikan benda yang berada di depan lensa kameranya menjadi sebuah
gambar pada plat yang telah dilapisi bahan kimia tersebut. Namun melalui percobaan ini
masih belum dapat membuat duplikat gambar.
Kemudian lahirlah Collodion, bahan baku fotografi yang diperkenalkan oleh
Frederick Scott Archer, dengan menggunakan kaca sebagai bahan dasarnya. Proses ini
adalah proses basah. Bahan kimia kimia tersebut dilapiskan ke kaca, kemudian langsung
dipasang pada kamera abscura, dan gambar yang dihasilkan menjadi lebih baik. Cara ini
3 Soedarso Sp., Sejarah Perkembangan Seni Rupa Modern, CV. Studio Delapan Puluh Enterprise dan Badan Penerbit ISI
Yogyakarta, Jakarta dan Yogyakarta, 2000, p. 8.
banyak dipakai untuk memotret diseluruh Eropa dan Amerika, sampai ditemukan bahan
gelatin dan ditemukan bahan kimia yang dapat digunakan untuk proses kering. 4
Tahun 1895, George Eastman membuat film gulung (roll Film) dengan bahan
gelatin, yang dipakai untuk memotret (mengabadikan citra alam) sampai sekarang.
Penemuan-penemuan tersebut di atas telah mempermudah kita dalam
mengabadikan benda-benda yang berada di depan lensa dan memproduksinya, sehingga
para fotografer, baik amatir maupun profesional dapat menghasilkan suatu karya seni
tinggi, tanpa perlu terhalang oleh teknologi.
Dalam era modernisasi fotografi menampakkan perkembangannya yang cukup
besar dengan menampilkan fotografi digital, merekam gambar dengan sistem perpaduan
teknologi komputer yang banyak dipergunakan sebagai alat penyimpan dokumentasi yang
pengertiannya gambar atau pola, bentuk yang ingin dibuat arsip penyimpanannya melalui
proses fotografi semi digital atau foto digital. Pada foto semi digital proses pemotretan,
gambar masih direkam pada film yang berseluloid, kemudian film yang sudah merekam
gambar diproses dan menghasilkan gambar kemudian diproses lagi melalui scanner
menjadi data digital untuk di simpan dalam disket atau hardisk.
SENI FOTOGRAFI
Apakah Seni itu ?
Pertanyaan klasik yang selalu dikemukakan oleh banyak orang adalah apakah seni
itu. Kebanyakan dari mereka menjawab secara spontan bahwa seni adalah keindahan.
Jawaban tersebut tidak salah, tetapi tidak juga benar karena dibeberapa karya seni
(khususnya seni rupa), keindahan itu tidak mudah ditemukan oleh setiap orang.
Sedangan definisi seni menurut Achdiat K. Mihardja: “ Seni adalah kegiatan rohani
manusia yang merefleksikan realitet (kenyataan) dalam suatu karya yang berkat bentuk
dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam
rohani si penerimanya”.
Disamping untuk membangkitkan pengalaman tertentu, seni juga mempunyai sifat
komunikatif, menurut Taufik Abdullah dalam tulisannya mengenai komunikasi ilmu dan
4 F.X. Arie Soeprapto, Dasar Fotografi, UK Petra, Surabaya, 1998, p. 7.
seni , mengatakan bahwa seni itu adalah satu dari berbagai cara untuk melukiskan dan
mengkomunikasikan. Seni baru bisa mempunyai makna atau dapat diresapkan jika pada
dirinya terkandung kekuatan pesan yang komunikatif dan seni yang tidak komunikatif
sama sekali tidak bisa dikatakan indah.5 Dari pernyataan ini bisa dikatakan bahwa seni
adalah media penyampaian pesan dari seniman kepada orang lain dengan tujuan
mempengaruhi pikirannya. Berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh Thomas Munro,
fotografi dapat dimasukkan sebagai cabang seni rupa (visual Art) 6 , seni yang hanya bisa
dirasakan melalui indera penglihatan manusia.
Jadi seni fotografi bisa dikatakan sebagai kegiatan penyampaian pesan secara
visual dari pengalama yang dimiliki seniman / fotografer kepada orang lain dengan tujuan
orang lain mengikuti jalan pikirannya. Supaya tercapai proses penyampaian pesan ini
maka harus melalui beberapa persyaratan komunikasi yang baik, yaitu konsep AIDA
(Attention –Interest-Desire - Action) 7 atau Perhatian – Ketertarikan – Keinginan –
Tindakan.
Syarat pertama adalah harus menimbulkan perhatian (attention). Sebuah karya foto
pertama-tama harus mampu mendapatkan perhatian orang untuk melihatnya. Tanpa
proses ini, sebuah pesan dari karya foto juga karya seni lainnya akan berhenti disitu saja.
Kemudian setelah mampu mendapat perhatian orang maka karya foto harus mampu
menimbulkan ketertarikan (interest) terhadap pesan yang akan disampaikan. Setelah
orang tertarik pada karya foto yang dibuat, maka dari situ proses tetap berlangsung
dengan timbulnya keinginan (desire) untuk mengetahui lebih jauh pesan yang
disampaikan. Proses terakhir adalah dengan timbulnya tindakan (action) seperti yang
diharapkan oleh seniman/fotografer sesuai pesan yang disampaikannya. Jika proses
terakhir ini berhasil, maka berhasil pulalah penyampaian pesan mengenai pengalaman
yang dimiliki seniman/fotografer pada orang lain dengan adanya tindakan nyata yang
dilakukan. Tindakan-tindakan itu bisa beraneka macam tergantung pesan apa yang
disampaikan. Bisa menimbulkan perasaan tertentu (sedih, gembira, marah, takut, terharu,
dal lain-lain) hingga tindakan yang nyata. Misalnya : membeli produk yang tercantum
5 Taufik Abdullah dalam Y. Sumandiyo Hadi, Seni Dalam Ritual Agama, Yayasan untuk Indonesia, Yogyakarta, 2000.
P.22.
6 Thomas Munro, The Art and Their Interrelations, The Press of Case Western Reserve University, Cleveland and
London, 1969, p.548
7 Astrid Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Bina Cipta, Jakarta, 1984, p.11.
pada foto (pada commercial photography), memberikan bantuan kepada orang yang
tertimpa musibah/kesusahan ( pada photojournalism, human interest ) menimbulkan rasa
kagum bahkan cinta, dan lain sebagainya.
Fotografi menampilkan kenyataan (realita) dan tidak ada unsur abstrak (dalam seni
fotografi)8 . Suatu kenyataan bahwa pembuatan seni fotografi dengan kamera berarti
membatasi subyek dengan batas format pada jendela pengamat. Hal ini menjadikan seni
fotografi lebih jujur daripada seni lainnya karena merekam seperti memfotocopy subyek
yang ada di depannya.
Subyek foto mencakup banyak hal dan tidak terbatas, mulai dari pemotretan
manusia, alam semesta, arsitektur, sampai dengan mikroorganisme. Memang, banyak
seniman foto yang berusaha membuat foto dengan film khusus, seperti film infra merah
supaya subyeknya terlihat lebih abstrak. Namun, subyek dengan warna yang tidak seperti
kenyataan tetap merupakan bukti dan bukanlah khayalan.
Pembuatan foto perlu perencanaan dan pengenalan subyek yang dapat dilakukan
dengan cara mendatangi satu tempat berkali-kali atau mendalami suatu tema foto.
FOTO HITAM PUTIH DAN FOTO BERWARNA
Fotografi hitam putih dan fotografi berwarna adalah dua hal yang berbeda namun
berdiri sejajar. Dalam era kemajuan teknologi fotografi yang begitu pesatnya ini bukan
berarti bahwa masih hadirnya foto hitam putih merupakan foto yang ketinggalan zaman.
Selain masih diperlukan dilingkungan media informasi cetak, misalnyakoran, majalah
ataupun buku-buku. Fotografi berwarna bukanlah semata-mata modernisasi dari fotografi
hitam putih. Demikian pula fotografi hitam putih bukanlah merupakan penyederhanaan
fotografi berwarna. Fotografi warna dan fotografi hitam putih telah berjalan sendirisendiri
menjadi dua aliran dalam seni fotografi, dengan pengikutnya masing-masing. Ini
dapat dibuktikan pabrik perlengkapan fotografi ILFORD di Inggris menyebut dirinya
spesialis foto hitam putih.bahkan pabrik tersebut memiliki slogan “Ilford, The Future in
Black and White ( Ilford, Masa Depan untuk Foto Hitam Putih) 9
8 Griyand Giwanda, Panduan Praktis Menciptakan Foto Menarik, Puspa Swara, Jakarta 2002, p.6.
9 Mengapa Hitam Putih, Foto Media No. 4 Tahun II.
Foto hitam putih adalah foto yang sangat sederhana, sehingga jika tidak diolah
secara kreatif tidak akan menghasilkan apa-apa. Karena hampir semua subyek yang ada
di depan fotografer adalah mengandung warna yang beraneka ragam atau berwarna, maka
seorang fotografer hitam putih dituntut mampu menterjemahkan warna-warna yang
terdapat dalam subyeknya ke dalam gradasi hitam putih.
Panning Ortho
Terlepas dari foto warna ataupun hitam putih, pada prinsipnya adalah sama dalam
hal proses penciptaanya. Secanggih apapun perangkat fotografi yang digunakan, mutu
hasilnya sangat tergantung pada tujuan, fungsi, naluri, dan tingkat kreativitas
fotografernya.
Pengertian Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan yang efektif untuk mencipta yang akan melahirkan
sesuatu yang baru. Dapat dikatakan juga, kreativitas adalah daya dan upaya dari akal budi
untuk menciptakan sesuatu yang lain atau berbeda dari pada yang lainnya, dari yang
kurang baik menjadi lebih baik, dari yang belum pernah ada menjadi sesuatu yang nyata,
menarik, dapat dinikmati, dan bermanfaat.
Imajinasi sebagai penggerak kreativitas, semula dapat dimunculkan dari
pengalaman diri pribadi, fantasi ataupun asosiasinya yang selanjutnya dapat
dikembangkan dan diterbarkan secara luas dengan cara: mengkorelasikan dengan alam
yang terbentang luas serta isinya, cinta kepada sesama, cinta yang specifik, kondisi
ekonomi, situasi politik, hukum ataupun dengan ide dan bentuk karya dari seni yang lain.
Pada dasarnya potensi kreatif sebagai self-concept perlu dan harus dikembangkan setiap
saat dengan membuka dan menjajahi pengalaman-pengalaman kreatif yang baru (up to
date ) dalam bidang apapun juga. Hal ini mengingat sekaligus menandakan bahwa setiap
seniman pasti mempunyasi kreativ itas-kreativitas yang umum dan sekaligus yang
spesifik.10
Utami Munandar ( 1992 ) dalam uraiannya tentang kreativitas menunjukkan ada
tiga tekanan kemampuan yaitu :
1. Kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasar data informasi dan unsur-unsur
yang ada.
2. Kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban atas suatu masalah yang
penekanannya pada kuantitas kegunaan dan keragaman jawaban.
3. Kemampuan operasional yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, originalitas
dalam berfikir serta kemampuan, kengembangkan, memerinci suatu gagasan. 11
Definisi kreativitas mnurut Sternberg tentang pentingnya aspek pribadi dalam:
“tre fecet model of creativity”, yaitu kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas
antara tiga atribut psikologis, intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi. Secara
bersamaan ketiga segi dalam alam pikiran ini membantu memahami apa yang melatar
belakangi individu yang kreatif”.12
Seorang psikolog humanistik Biondi mengemukakan sebagai berikut :
Man has an imagination which must be used and enjoyed in order for him to experience
the complete fulfillment of life.13
Dengan mencipta manusia mengalami kepuasan yang tiada taranya karena
sekaligus merupakan perwujudan dirinya, aktualisasi dari potensi-potensi kreatif-nya
yang pada hakekatnya ada pada setiap manusia, walaupun tidak disadari oleh semuanya.
Apabila membahas kreativitas yang berkaitan dengan seni, maka kita tidak bisa
meninggalkan kemampuan dari senimannya, karena seorang seniman memiliki ide, kreasi
dan kemampuan teknis dalam mewujudkan gagasan atau dalam mengekspresikan
pengalaman dan gejolak jiwanya. Kreativitas dalam diri seseorang seniman adalah ruang
kebebasan dalam berolah pikir untuk berekspresi dalam merefleksikan pengalaman dan
rangsangan dari lingkungannya. Seorang seniman dituntut kepekaan naluri, dan
kemampuan mengolah pengalaman-pengalamannya yang unik dan menarik untuk
diekspresikan menjadi sebuah karya yang original dan mampu menjadikan pengalaman
baru yang unik dan estetik bagi orang lain.
Menurut pendapat Soedarso yang termasuk dalam pengertian kreatif adalah
kualitas dari:
a. Sensitivitas adalah kepekaan terhadap setiap rangsangan yang datang dari luar, baik
kepekaan terhadap kesedihan yang dirasakan oran lain, maupun kepekaan terhadap
kombinasi warna atau susunan bentuk yang menarik ataupun hal-hal yang khas yang
ada disekitarnya. Dengan kepekaan seperti ini maka jiwa akan menjadi kaya oleh
berbagai pengalaman yang masuk dan kekayaan tersebut akan selalu siap untuk
diekspresikan.
b. Kelancaran atau fluency : yaitu kelancaran untuk menentukan kata-kata atau warna
tertentu yang sesuai dengan ide yang akan diekspresikannya, kelancaran idesional
untuk berpikir dengan cepat dan tepat, kelancaran mengasosiasikan sesuatu dengan
yang lain, dan kelancaran ekspresional yang berarti kemampuan untuk menemukan
dengan cepat jalan yang paling sesuai dengan ekspresinya.
c. Fleksibilitas : yakni kemampuan untuk mengadaptasi situasi yang baru. Manusia
mampu menyesuaikan dirinya dengan berbagai situasi baik kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan kawan baru, tetangga baru, atau kondisi iklim pada daerah
tertentu, misalnya dari hidup di daerah tropis ke hidup di daerah dingin.
d. Originalitas ialah kemampuan untuk mengemukakan jawaban atau solusi yang khas
terhadap pertanyaan atau masalah yang ada. Pribadi yang memiliki originalitas adalah
pribadi yang tidak tergantung pada ide-ide orang lain, jujur pada dirinya sendiri dan
pada proses kreativitasnya.
e. Kemampuan untuk menentukan dan mengatur kembali.
f. Kemampuan untuk menangkap adanya hubungan antara beberapa hal atau masalah
dalam suatu jalinan tertentu.
g. Elaborasi : ialah kemampuan untuk mengembangkan suatu ide dengan detail/bagianbagiannya.
Seorang yang kreatif akan mampu dengan baik membuat lukisannya ( baik
secara verbal maupun dengan gambar) tentang misalnya, sesuatu adegan. Tidak ada
satu bagianpun yang terlepas dari perhatiannya.14
Beberapa pandangan di atas menunjuk pada suatu kenyataan bahwa krea-tivitas
pada intinya adalah merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan suatu yang baru
baik berupa gagasan ataupun karya nyata, baik dalam karya baru maupun kombinasi
dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Fotografi Digital Dalam Kreativitas
Kamera digital pertama diproduksi oleh Kodak yaitu DCS 100 (Digital Camera
System 100) yangditempelkan pada punggung Nikon F-3 sehingga gambar yang biasa
ditangkap oleh film, ditangkap oleh keping CCD (Camera Censor Digital). Perbedaan
paling mencolok antara kamera digital dengan kamera konvensional adalah pada kamera
digital tidak ada lagi pemakaian film sebagai penangkap gambar.
Proses fotografi telah mengalami perubahan dengan tidak adanya proses kimiawi
dalam pencetakan foto. Kalau pada teknologi sebelumnya, untuk mendapatkan hasil foto
kita harus mencuci film tersebut baru kemudian mencetaknya. Fotografi digital gambar
yang didapatkan sudah langsung menjadi sebuah file komputer yang siap diolah.
Penemuan kamera digital ini didukung oleh perkembangan software komputer
pengolahan gambar.15
Adanya teknologi ini memungkinkan fotografer melakukan eksplorasi, eksperimen
fotografi secara luas dan menjadikan seni fotografi menemukan aliran baru. Teknik
montage/ penggabungan gambar bisa dilakukan dengan cepat, tepat, murah. Pada
perkembangan fotografi digital diperkirakan akan menjadi faforit pada seni fotografi
pada masa mendatang karena keluasan teknik yang ditawarkan.
Fotografi digital hanyalah sebuah temuan yang memudahkan untuk
menyempurnakan dan memanipulasi sebuah foto. Namun bagaimana ia dipakai
sepenuhnya, tergantung kreativitas manusia yang mengolahnya. Pada dasarnya apa yang
ada dalam karya fotografi mampu diolah dengan data-data komputer dan mampu
menyamai kemampuan secara visual. Pekerjaan komputer hanya perpanjangan tangan,
sedang data-data objek tergantung pada prasarana kamera dan kemampuan fotografer.
Memang terasa begitu besar peranan kreativitas dalam era fotografi yang didukung oleh
perkembangan teknologi kamera.
Dalam proses berkaya seni fotografi atau proses visualisasi karya adalah
menghidupkan dan memberi jiwa pada karya foto. Seperti halnya dengan seniman seni
rupa lainnya, fotografer bekerja menggunakan otak dan hatinya yaitu segala tindakan
yang dilakukan, terutama dalam proses pengambilan obyek, ia akan mengetahui hasil
yang akan diperoleh sehingga melakukan tindakan-tindakan yang berguna untuk
mendukung ide dan gagasannya. Pada dasarnya masalah fotografi adalah masalah yang
cukup kompleks karena menyangkut berbagai macam aspek, diantaranya :
1. Kamera, perangkat atau alat pemotretan dari yang paling sederhana sampai pada yang
bertekologi canggih. Kamera adalah alat untuk merekam gambar pada permukaan
film. Sebagai alat perekam optis, kamera mampu merekam apa yang terlihat oleh
lensa. Seorang fotografer dituntut mampu menguasai memahami peralatan yang
dipergunakan, sampai pada karakteristik dan tingkat kemampuannya. Kamera
mempunyai komponen bermacam-macam yang akan menentukan hasil bidikan
seorang fotografer. Alat kontrol penting pada kamera : fokus, kecepatan rana
(shutter), dan diafragma karena dari alat kontral inilah, hasil sebuah foto ditentukan.
2. Pencahayaan merupakan unsur dari dasar fotografi. Tanpa pencahayaan yang optimal,
suatu foto tidak dapat menjadi sebuah karya yang baik. Pengetahuan tentang
pencahayaan mutlak harus diketahui oleh seorang fotografer. Cara mempelajari penguasaan
pencahayaan adalah dengan melatih mata untuk lebih peka terhadap cahaya
yang muncul.
3. Penempatan subyek utama dalam gambar sangat penting untuk mendapatkan
komposisi yang baik. Komposisi dapat digolongkan kedalam beberapa bentuk, yaitu
komposisi grafik, dimana unsur-unsur garis dapat membentuk kotak-kotak, bulatan,
segi tiga dan lain-lain. Ada komposisi tradisional mempunyai watak yang klasik,
komposisi Bali seperti pada lukusan-lukisan Bali. Komposisi modern adalah
penampilan yang serba ingin tahu, mencoba sesuatu yang belum pernah ditampilkan,
keluar dari aturan yang konvensional dan lain sebagainya.16 Patung dan monumen
dapat ditempatkan di pusat gambar, tetapi pada umumnya komposisi yang lebih
menarik dihasilkan jika subyek utama ditempatkan tidak di pusat gambar.
4. Kamar Gelap, adalah tempat akhir untuk proses fotografi. Kamar gelap dapat
dilakukan trick atau manipulasi dari hasil pemotretan seorang fotografer, sehingga
hasil fotonya akan berbeda dengan obyek yang sebenarnya. Didalam kamar gelap
inilah proses pencetakan/ montase, distorsi dengan jalan pengaturan posisi kertas
dilakukan.
5. Aspek pesan menjadi sebuah pengalaman baru yang unik menarik dan estetik bagi
orang lain yang menikmatinya. Seorang fotografer harus dapat mengkomunikasikan
pesan atau pengalaman batinnya yang estetis melalui hasil bidikan kame-ranya kepada
orang lain.
6. Aspek presentasi memegang peranan dalam penataan komponen subyek artinya
penguasaan komposisi dan unsur disain harus difahami benar oleh fotografer,
sehingga dapat ditampilkan dengan baik.
7. Pemakaian filter. Filter adalah suatu sistem optis pembantu yang biasanya dipasang di
depan lensa dan dapat memodifikasi gambar asli di saat pemotretan. Beberapa jenis
filter dapat me ngubah warna-warni atau bayanagn, sedangkan yang lainnya dapat
menciptakan efek fisik baru pada bidang pada bidang gambarnya. Namun, sebuah
filter dapat juga berupa suatu media tembus pandang atau memantul, seperti sebuah
cermin tua atau suatu pecahan kaca dari wadah abu rorok. Pemakaian filter atau
saringan sinar mempunyai maksud yang berbeda-beda
8. Pemotretan Gerak dapat diabadikan dengan menggunakan lampu kilat atau rana
dengan kecepatan tinggi. Namun efek bergerak bukan hanya muncul karana sebuah
gambar tampil dengan tajam. Ada, kalanya, gambar yang ringan yang akan anda
tampilkan harus tampil blur untuk memberikan kesan gerak. Ada teknik blurring,
teknik panning shot, teknik freezing dan teknik zooming. Panning dalam More Joy
of Photography adalah “Moving a camera to photograph a moving object while
keeping the image of the object in the same relative position in the viewfinder”. 17
9. Kreativitas fotografi sebagai pengarah gaya. Salah satu kiat mendapatkan hasil
pemotretan yang baik seperti yang dikehendaki orang yang dipotret adalah adanya
kerja sama antara fotografer dengan orang yang dipotret. Kerja sama yang dimaksud
adalah dalam hal pemberian informasi. Orang yang dipotret wajib memberitahu
maksud dan tujuan diadakannya pemotretan agar fotografer mengetahui tugas yang
dibebankan kepadanya. Sebaliknya, pemotret berhak mengarahkan orang yang akan
dipotret. Dengan kerja sama demikian, diharapkan diperoleh hasil pemotretan
sempurna, seperti yang dikehendaski kedua pihak.18 Dalam melakukan pemotretan,
salah satu hal yang harus dilakukan fotografer adalah mengarahkan gaya orang yang
dipotret. Apakah gaya dan posisi tubuh seseorang sudah baik dan menunjang
komposisi gambar atau perlu diubah.
Dari beberapa aspek diatas merupakan sebagai contoh yang harus disikapi oleh
fotografer yang profesional, dengan tidak membedakan jenis atau fungsi fotografi pada
umumnya. Seorang fotografer tidak hanya mampu mengo-perasionalkan alat saja, tetapi
dia adalah seorang pencipta gambar yang menarik dan mengandung nilai estetik yang
dapat memuaskan orang lain yang melihatnya. Dengan menggunakan madia cahaya
pengalaman baru/sesuatu yang baru akan dapat diekspresikan dan dinikmati.
KESIMPULAN
Dunia fotografi adalah dunia kreativitas tanpa batas. Beragam karya foto dapat
dihasilkan dengan berkreasi, tidak ada yang dapat membatasinya. Sejauh keinginan untuk
berkreasi, seluas itu pula lautan karya yang bisa dihasilkan.
Kreativitas yang dimaksud menyangkut segala aspek dan proses pem-buatan foto,
mulai dari pemilihan peralatan yang dipakai, kejelian menentukan obyek pemotretan
sampai proses pencetakan foto. Kejelian menentukan obyek sangat berpengaruh pada foto
yang akan dihasilkan.
Mata seorang fotografer yang terlatih mampu menangkap berbagai macam
keindahan dimana saja, bahkan pada obyek-obyek yang mudah ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari.
Tanpa kemampuan Teknis fotografi yang baik, sebuah obyek yang sangat menarik
bisa jadi akan tampil biasa atau tidak menarik sama sekali. Kemampuan teknis memang
diperlukan sebab terkadang suatu obyek menjadi hilang keistimewaannya saat dibidik
dengan mengandalkan kecerdasan kamera saja. Sebaliknya, obyek yang sangat biasa akan
menjadi terlihat istimewa ketika ditampilkan dalam nuansa ektreme. Memanfaatkan
sarana pendukung seperti filter, tripod, dan perlengkapan pendukung lainnya secara tepat
bisa lebih memantapkan aktualisasi kreativitas fotografer.
Memang terasa begitu besar peranan kreativitas dalam era fotografi yang didukung
perkembangan teknologi kamera. Apalagi jika sudah memanfaatkan fotografi digital
untuk menyederhanaan proses teknis fotografi sehingga fotografer bisa lebih
berkonsentrasi untuk berkarya. Keunggulan kreatif akan semakin menunjukkan perannya
dalam dunia fotografi. Berbagai titik kreatif memang bisa dipelajari, tetapi untuk menjadi
fotografer kreatif harus banyak mencoba, belajar dari kesalahan, dan terus berkarya.
Pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang paling berharga.
KEPUSTAKAAN
Addison-Wesley, More Joy of Photography, Eastman Kodak Company, New york, 1981.
Arie Soeprapto F.X., Dasar Fotografi, Universitas Kristen Petra, Surabaya, 1998..
Astrid Susanto, Komunikasi D alam Teori dan Praktek, Bina Cipta, Jakarta, 1984.
Beaumont Newhall, The History of Photography, the Museum of Modern Art, New
York, 1982.
Griand Giwanda, Panduan Praktis Menciptakan Foto Menarik, Puspa Swara, Jakarta,
2002.
Ignatius Untung, Komputer Grafis dengan Adobe Photoshop 5.5, Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2000.
Munro, Thomas, The Arts and Their Interrelations, The Press of Case Western Reserve
University, Clevelend and London, 1969.
Reni Akbar Hawadi, Kreativitas, PT Gramedia Widiasaran Indonesia, 2001.
Soedarso Sp., Sejarah Perkembangan Sei Rupa Modern, CV. Studio Delapan Puluh
Enterprise dan BP ISI Yogyakarta, 2000.
__________ Tinjauan Seni, Sebuah Pengantar Untuk apresiasi Seni, Saku Dayar Sana,
Yogyakarta,1990.
________________________________________
Page 15
NIRMANA Vol. 5, No. 2, Juli 2003: 214 -228
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
228
Soelarko R.M., komposisi Fotografi, Balai Pustaka, Jakarta, 1990.
Sri Djoharnurani, “Teks dan Konteks: Sumber Penciptaanm,” dalam SENI: Jurnal
Pengetahuan dan Penciptaan Seni.
S.Takdir Alisjahbana (Ed), Kreativitas, PT Dian Rakyat, Jakarta, 1983.
Sternberg, R.J., The Nature of Creativity, Cambridge University Press, New York,1988.
Surisman Marah, Diktat Kuliah: Mengenal Kamera Fotografi, Fakultas Seni Rupa dan
Disain , ISI Yogyakarta, 1985.
___________ , Dari Camera Obscura Sampai Digital, Pidato Ilmiah Pada Dies Natalis
XII, ISI Yogyakarta, 1996.
Taufik Abdullah dalam Y. Sumandiyo Hadi, Seni Dalam Ritual Agama, Yayasan Untuk
Indonesia, Yogyakarta, 2000.
The Liang Gie, Filsafat Seni: Sebuah Pengantar, Pusat Belajar Ilmu Berguna (PUBIB),
Yogyakarta, 1996.
The New Grolier Multimedia Encyclopedia, Grolier Incoporated, 1993.
Foto Media, Majalah Foto No. 4 tahun II.

0 komentar:

Posting Komentar