Sabtu, 21 Januari 2017

Isu Dan Permasalahan Anak SMK

PENGERTIAN MASA REMAJA 

Remaja datang dari kata latin adolensence yang bermakna tumbuh atau tumbuh jadi dewasa. Masa remaja adalah masa di mana seseorang individu alami peralihan dari satu step ke step selanjutnya serta alami perubahan baik emosi, badan, ketertarikan, alur tingkah laku, dan penuh dengan beberapa masalah (Hurlock, 1998). 

Oleh karena itu, remaja begitu rawan sekali alami problem psikososial, yaitu problem psikis atau kejiwaan yang muncul jadi karena terjadinya perubahan sosial (TP-KJM, 2002). Sedang menurut Paget (1211) dengan menyebutkan : “Secara psikologis, masa remaja yaitu umur dimana individu berintegrasi dengan orang-orang dewasa, umur dimana anak tak akan terasa dibawah tingkat beberapa orang yang lebih tua tetapi ada dalam tingkatan yang sama, sedikitnya dalam problem hak….. Integrasi dalam orang-orang (dewasa) memiliki segi efisien, lebih kurang terkait dengan masa puber…. Termasuk perubahan intelektual yang mecolok…. Transformasi intelektual yang ciri khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk menjangkau integrasi dalam jalinan sosial orang dewasa, yang sebenarnya adalah keunikan yang umum dari periode perubahan ini”. 

Masa remaja adalah satu periode dalam kehidupan manusia yang batasannya umur ataupun peranannya sering tidaklah terlalu terang. Pubertas yang dulu dipandang jadi sinyal awal keremajaan nyatanya tak akan valid jadi patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab umur pubertas yang dulu berlangsung pada akhir umur belasan (15-18) saat ini berlangsung pada awal belasan bahkan juga sebelumnya umur 11 th.. 

Seseorang anak berumur 10 th. mungkin saja saja telah (atau tengah) alami pubertas tetapi tidak bermakna ia telah dapat disebutkan jadi remaja serta telah siap hadapi dunia orang dewasa. Ia belum juga siap hadapi dunia riil orang dewasa, walau di waktu yang sama ia juga bukanlah anak-anak sekali lagi. Berlainan dengan balita yang perubahannya dengan terang bisa diukur, remaja nyaris tidak mempunyai alur perubahan yang tentu.

DIMENSI – DIMENSI MASA REMAJA 

Agar bisa mengerti remaja, jadi butuh diliat berdasar pada perubahan pada dimensi – dimensi itu. Mengenai sebagian dimensi sebagai tolak ukur pada saat remaja, yakni : 

Dimensi Biologis 
Ketika seseorang anak masuk masa pubertas yang diikuti dengan menstruasi pertama pada remaja putri maupun perubahan nada pada remaja putra, dengan biologis dia alami perubahan yang begitu besar. Pubertas jadikan seseorang anak mendadak mempunyai kekuatan untuk ber-reproduksi. 

Pada saat pubertas, hormon seorang jadi aktif dalam menghasilkan dua type hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang terkait dengan perkembangan, yakni : 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH) ; serta 2). Luteinizing Hormone (LH). 

Pada anak wanita, ke-2 hormone itu merangsang perkembangan estrogen serta progesterone : dua type hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang diberi nama Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang perkembangan testosterone. 

Perkembangan dengan cepat dari hormon-hormon itu diatas mengubah system biologis seseorang anak. Anak wanita juga akan memperoleh menstruasi, jadi tandanya kalau system reproduksinya telah aktif. Diluar itu berlangsung juga perubahan fisik seperti payudara mulai tumbuh, serta beda – beda. Anak lelaki mulai memerlihatkan perubahan dalam nada, otot, serta fisik yang lain yang terkait dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka juga akan beralih dengan cepat mulai sejak awal pubertas serta juga akan membawa mereka pada dunia remaja. 

Dimensi Kognitif 
Perubahan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seseorang pakar perubahan kognitif) adalah periode paling akhir serta teratas dalam step perkembangan operasi resmi (period of resmi operations). 

Pada periode ini, baiknya beberapa remaja telah mempunyai alur fikir sendiri dalam usaha memecahkan beberapa masalah yang kompleks serta abstrak. Kekuatan berfikir beberapa remaja berkembang demikian rupa hingga mereka dengan gampang bisa memikirkan banyak alternatif pemecahan problem bersama peluang karena atau akhirnya. Kemampuan berfikir dengan logis serta abstrak mereka berkembang hingga mereka dapat berfikir multi-dimensi 

seperti ilmuwan. 

Beberapa remaja tak akan terima info apa yang ada, namun mereka juga akan mengolah info itu dan mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga dapat mengintegrasikan pengalaman waktu dulu serta saat ini untuk ditransformasikan jadi konklusi, perkiraan, serta gagasan untuk masa depan. Dengan kekuatan operasional resmi ini, beberapa remaja dapat mengadaptasikan diri dengan sekitar lingkungan mereka. 

Pada fakta, di negara-negara berkembang (termasuk juga Indonesia) masih tetap begitu banyak remaja (bahkan juga orang dewasa) yang belum juga dapat seutuhnya menjangkau step perubahan kognitif operasional resmi ini. Beberapa masih tetap ketinggalan pada step perubahan terlebih dulu, yakni operasional konkrit, di mana alur fikir yang dipakai masih tetap begitu sederhana serta belum juga dapat lihat problem dari beragam dimensi. Hal semacam ini mungkin disebabkan system pendidikan di Indonesia yg tidak banyak memakai cara belajar mengajar satu arah (ceramah) serta minimnya perhatian pada pengembangan cara berfikir anak. 

Penyebabnya yang lain dapat pula disebabkan oleh alur asuh orangtua yang relatif masih tetap memperlakukan remaja jadi anak-anak, hingga anak tidak mempunyai keleluasan dalam penuhi pekerjaan perubahan sesuai sama umur serta mentalnya. Harusnya, seseorang remaja harusnya dapat menjangkau step pemikiran abstrak agar waktu mereka lulus sekolah menengah, telah punya kebiasaan berfikir gawat serta dapat untuk mengkaji problem serta mencari jalan keluar paling baik.
Dimensi Moral 
Masa remaja yaitu periode di mana seorang mulai bertanya-tanya tentang beragam fenomena yang berlangsung di lingkungan sekelilingnya jadi basic untuk pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyebutkan kalau beberapa remaja mulai buat penilaian sendiri dalam hadapi problem – problem popular yang sehubungan dengan lingkungan mereka, umpamanya : politik, kemanusiaan, perang, kondisi sosial, dsb. 

Remaja tak akan terima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, serta absolut yang didapatkan pada mereka sampai kini tanpa ada bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada serta mempertimbangan semakin banyak alternatif yang lain. Dengan gawat, remaja semakin lebih banyak lakukan penilaian keluar serta membandingkannya dengan beberapa hal yang sampai kini di ajarkan serta ditanamkan padanya. 

Beberapa besar beberapa remaja mulai lihat ada “kenyataan” beda diluar dari yang sampai kini di ketahui serta dipercayainya. Ia juga akan lihat kalau terdapat beberapa segi dalam lihat hidup serta bermacam type pemikiran yang beda. Baginya dunia jadi lebih luas serta sering membingungkan, terlebih bila ia punya kebiasaan dididik dalam satu lingkungan spesifik saja sepanjang masa kanak-kanak. 

Kekuatan berfikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karna mereka mulai lihat ada kejanggalan serta tidak seimbangan pada yang mereka yakini dulu dengan fakta yang ada di sekelilingnya. Mereka lantas terasa butuh mempertanyakan serta merekonstruksi alur fikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan berikut yang sering memicu sikap “pemberontakan” remaja pada ketentuan atau otoritas yang sampai kini di terima bulat-bulat. 

Peran orang-tua atau pendidik sangatlah besar dalam memberi alternatif jawaban dari beberapa hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orang-tua yang bijak juga akan memberi lebih dari satu jawaban serta alternatif agar remaja itu dapat berfikir lebih jauh serta pilih yang paling baik. Orang-tua yg tidak dapat memberi keterangan dengan bijak serta berlaku kaku juga akan buat sang remaja lebih bingung. Remaja itu juga akan mencari jawaban diluar lingkaran orang-tua serta nilai yang diyakininya. Ini dapat jadi beresiko bila “lingkungan baru” berikan jawaban yg tidak dikehendaki atau bertentangan dengan yang didapatkan dari orang-tua. Perseteruan dengan orang-tua mungkin saja juga akan mulai menajam. 

Dimensi Psikologis 
Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak. Pada saat ini mood (situasi hati) dapat beralih dengan amat cepat. Hasil riset di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi serta Reed Larson (1984) temukan kalau remaja rata-rata membutuhkan cuma 45 menit untuk beralih dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sesaat orang dewasa membutuhkan sebagian jam untuk hal yang sama. 

Perubahan mood (swing) yang mencolok pada beberapa remaja ini sering karena beban pekerjaan tempat tinggal, pekerjaan sekolah, atau aktivitas keseharian dirumah. Walau mood remaja yang gampang berubah-ubah secara cepat, hal itu belum juga pasti adalah tanda atau problem psikologis. 

Dalam soal kesadaran diri, pada saat remaja beberapa remaja alami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka begitu rawan pada pendapat orang yang lain karna mereka berasumsi kalau orang yang lain begitu kagum pada atau senantiasa mengkritik mereka seperti mereka kagum pada atau mengkritik diri mereka sendiri. Asumsi itu buat remaja begitu memerhatikan diri mereka serta citra yang direfleksikan (self-image). Remaja relatif untuk berasumsi diri mereka begitu unik serta bahkan juga yakin kekhasan mereka juga akan selesai dengan keberhasilan serta ketenaran. 

Remaja putri juga akan bersolek berjam-jam dihadapan cermin karna ia yakin orang juga akan melirik serta tertarik pada kecantikannya, tengah remaja putra juga akan memikirkan dianya dikagumi lawan macamnya bila ia tampak unik serta “hebat”. Pada umur 16 th. ke atas, keeksentrikan remaja juga akan menyusut dengan sendirinya bila ia seringkali ditempatkan dengan dunia riil. 

Ketika itu, Remaja juga akan mulai sadar kalau orang yang lain tenyata mempunyai dunia sendiri serta tidak selamanya sama juga dengan yang dihadapi maupun dipikirkannya. Asumsi remaja kalau mereka senantiasa di perhatikan oleh orang yang lain lalu jadi tidak berdasarkan. Ketika berikut, remaja mulai ditempatkan dengan kenyataan serta tantangan untuk sesuaikan yang diimpikan serta angan-angan mereka dengan fakta. 

Beberapa remaja juga seringkali berasumsi diri mereka serba dapat, hingga sering mereka tampak “tidak pikirkan akibat” dari perbuatan mereka. Aksi impulsif seringkali dikerjakan ; beberapa karna mereka tidak sadar serta belum juga umum mempertimbangkan karena periode pendek atau periode panjang. 

Remaja yang di beri peluang untuk mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, juga akan tumbuh jadi orang dewasa yang lebih waspada, lebih yakin-diri, serta dapat bertanggung-jawab. Rasa yakin diri serta rasa tanggung-jawab berikut yang begitu diperlukan jadi basic pembentukan jati diri positif pada remaja. Nantinya, ia juga akan tumbuh dengan penilaian positif pada sendiri serta rasa hormat pada orang yang lain serta lingkungan. Tuntunan orang yang 

lebih tua begitu diperlukan oleh remaja jadi referensi bagaimana hadapi problem itu jadi “seseorang yang baru” ; beragam nasehat serta beragam cara juga akan di cari untuk dicobanya. 

Remaja juga akan memikirkan apa yang juga akan dikerjakan oleh beberapa “idola”nya untuk merampungkan problem sesuai sama itu. Penentuan pujaan ini akan jadi begitu perlu untuk remaja dari sebagian dimensi perubahan yang berlangsung pada remaja seperti yang sudah diterangkan di atas jadi ada peluang–kemungkinan tingkah laku yang dapat berlangsung pada saat ini. 

Salah satunya yaitu tingkah laku yang mengundang kemungkinan serta beresiko negatif pada remaja. Tingkah laku yang mengundang kemungkinan pada saat remaja umpamanya seperti pemakaian alkohol, tembakau serta zat yang lain, kesibukan sosial yang bertukar–ganti pasangan serta tingkah laku menentang bahaya seperti balapan, selancar udara, serta layang gantung (Kaplan serta Sadock, 1997). 

Argumen tingkah laku yang mengundang kemungkinan yaitu bermacam–macam serta terkait dengan dinamika fobia balik (conterphobic dynamic), rasa takut dipandang tidak cakap, butuh untuk menyatakan jati diri maskulin serta dinamika grup seperti desakan rekan sebaya.

ISU DAN PERMASALAHAN PADA REMAJA SMK

Sistem perubahan tingkah laku serta pribadi individu di pengaruhi oleh tiga aspek menguasai, yakni aspek bawaan (heredity), kematangan (maturation), serta lingkungan (environment). Ke-3 aspek itu mungkin saja bisa untungkan atau menghalangi atau membatasi laju sistem pekembangan itu. Perubahan masa remaja tergantung atas macam satu diantara atau sebagian ke-3 aspek itu. Sebagian salah satunya yaitu seperti berikut : 

Problem yang muncul bertalian dengan perubahan fisik serta psikomotorik, umpamanya perubahan ukuran tinggi serta berat badan yang kurang seimbang bisa buat ekses psikologis, perubahan nada serta momen menstruasi bisa pula menyebabkan beberapa gejala emosional, serta matangnya organ-organ reproduksi. 
Problem yang muncul bertalian dengan perubahan bhs serta tingkah laku kognitif, umpamanya berlangsung ketidakselarasan pada hasrat atau ketertarikan seorang dengan bakat spesial, seringkali membawa kesusahan dalam pilih program, hingga banyak kegagalan studi yang mungkin saja bersumber pada pilihan yang kurang pas. 
Problem yang muncul bertalian dengan pekembangan tingkah laku sosial, moralitas serta keagamaan, umpamanya keterikatan hidup dengan gang yg tidak terbimbing gampang menyebabkan kenakalan remaja, perseteruan dengan orangtua, serta lakukan perbuatan yang malah bertentangan dengan etika orang-orang serta agama. 
Problem yang muncul bertalian dengan tingkah laku afektif, konatif serta kepribadian, umpamanya gampang digerakan untuk melampiaskan kemelut instutif emosionalnya walau ia tidak paham tujuannya, ketakmampuan menegakan kata hatinya membawa karena sulit terintegrasi serta sintesis beberapa fungsi psikofisiknya.

0 komentar:

Posting Komentar